Thursday, February 07, 2008

Mengenang

(1949)

Ah, Lidah Tuan!

Atas nama Tuhan berkata Tuan:
keadilan itu satu dan sama bagi semua
tapi mengapa pula distribusinya dikelas-kelas?

Tuan yang tidak botak atau tbc karena nasi sepiring
mengapa pergunakan terus kuasa Tuan
untuk merampas nasi kami?
jutaan kami lebih dari botak dan tbc
dan tuan makin gendut, dan kami makin kurus.


Dan bila kami coba-coba lepas dari siksa sepiring nasi
ingin juga mengecap vitamin dan nikmat musik
mengapa pula Tuan berikan kami timah panas
hingga untuk Tuan dan Keadilan jutaan
kami matianjing tiada harga.

Ah, Tuan!
botak, tbc dan vitamin ini, mari, kita adilkan pula
kami tidak seperti Tuan, distribusi mesti merata:
botak, tbc dan matianjing giliran Tuan
dan kami vitamin musik, baik untuk kesehatan kita.

Timah panas, kata Tuan?
ah, Tuan! Hari esok ia tak kan panas lagi
akan dingin seperti Tuan.


(1950)

Antara Bumi dan Langit
untuk H.B.Jassin

Kita adalah dua manusia
dari dua pandangan hidup
dipanaskan matahari satu zaman.

Engkau dan aku mencoba
menjauhi permainan hitam-putih
kita cari lapang luas
di mana kata Merdeka
berhenti menjadi semboyan hampa.

Kita sama-sama cinta merdeka
tetapi isi kata kita cari masing-masing
dan detik aku temui warna
yang tak luntur diuji waktu
gila kita terus-menerus jadi pencari?

Engkau mabok gairah langkah mencari
niadakan segala nilai hasil kerja
aku minta kau ambil posisi
ini senjata tidak serampangan
dia keringat dan otak sejarah umat.

Engkau dan aku cinta Merdeka
tapi lapang luas punya batas
kalau kau berlagak dewa
ku proklamir Manusia darah-daging
zaman ini pelaksana kata Merdeka.

Kita berdua sama-sama tidak bebas
kau terikat pada dirimu
aku pada Manusia dan zaman kini.


Klara Akustia, 7 Maret 1924 - 7 Februari 2006

Read More......